Rabu, 14 Maret 2012

Api Besar & Api Kecil

Cukup lama aku mebutuhkan waktu untuk merenungkan banyak hal.
Menyaksikan kedahsyatan Bapa.
Harus aku akui akhir-akhir ini waktuku banyak terbuang untuk terdiam, berdiam, dan diam.
Mungkin memang sudah saatnya aku harus mendengar dengan hatiku dan bicara lewat mataku.
Jadwalku menjadi berantakan, aku menjauhi dunia entah untuk apa.
Meskipun aku tak tahu hingga detik inipun, tetapi saat ini "reborn" adalah motto hidupku.

Aku tak mau dikuasai dunia, karena aku punya Penguasa dunia.
Mungkin Bapa sedikit mengernyitkan dahinya menyaksikan anakNya yang nakal ini jatuh lagi, jatuh lagi, terjatuh lagi, lalu bangkit menjadi jauh lebih kuat saat telunjuk dan jempolNya membentuk simpul dan menyentil telingaku dengan gemasnya.

Perasaan dan hal-hal yang terkait dengannya adalah yang paling sulit untuk diatasi, sendirian.
Tapi pada kenyataannya, kamu dan aku HARUS bisa.
Tentu saja sendirian. Selesaikan masalah perasaan itu sendirian.

Mengapa begitu?
Ya, tentu saja karena yang mengerti tentang rasa dan perasaanmu itu hanya dirimu sendiri dan Tuhanmu.
Lalu apa lagi?
Selesaikanlah segera.
Semudah itu?
Iya.
Karena kamu punya kekuatan terbesar dalam dirimu, yaitu Iman dan Pengharapan.
Duo yang tak bisa dipisahkan, bukan?

Beberapa topik dan isi renungan yang aku baca beberapa hari ini sungguh membuatku tercengang dan menjadikan aku mengerti apa itu maknanya DIAM.
Bukan "diam" dalam makna yang umum, tetapi diam dalam artian "merenung" dalam.
Heran sungguh heran, kenapa setelah seharian kualami dan terjadi sesuatu yang mendewasakan pikiran dan hatiku, serta mengajariku banyak hal, justru saat dinihari menjelang segala sesuatunya itu tertulis dalam tema renunganku.
Benar. Persis seperti apa telah terjadi sebelum renungan itu kubaca.
Itu sebabnya sekarang aku tahu apa rasanya ketika kita "menangkap basah" kedahsyatan Tuhan.

Salah satu tema yang sungguh menarik perhatianku, disamping karena hal itu memang terjadi, bahkan baru saja terjadi adalah "Pakai Api Kecil".

Apa itu?

2 Timotius 2 : 24 - 25 berkata, " Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar  dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran. "

Sulit memang untuk mengakui bahwa terlalu banyak diantara kita yang melakukan "penghakiman" atas orang lain.
Akupun tak luput, karena aku yang dulu adalah si "hakim" yang kejam.
Mataku menghakimi dengan kejam, bibirku menghakimi dengan teguh, tanganku menghakimi dengan terselubung.
Tapi itu semua sudah dihancurkanNya dengan kuasa luar biasa.
Aku hancur, dilebur dengan panas luar biasa, dibentuk, dan dijadikan baru.

Sekalipun aku adalah salah satu "pesakitan" saat aku dihakimi mereka yang sungguh aku kasihi.
Tapi itu adalah masa laluku.
Sekarang aku mengerti tentang semuanya itu.
Sungguh indah karena ternyata itulah cara Tuhan yang paling indah untuk menjewer telingaku.
"Apa yang kita perbuat dengan tulus seringkali dibalas orang lain dengan SANDIWARA."
Tetapi bagiku setiap ketulusan tidak akan menjadikan kita rugi dan miskin.
Tetapi menjadikan kita kaya akan arti kehidupan.

Aku sungguh tak percaya saat mereka menghakimi seorang teman sekelas.
MEREKA dan SEORANG.
Ya, kamu pasti bisa melihat perbandingannya, bukan?
Menyedihkan jika kamu ada diposisi "seorang" diantara "mereka".
Aku pernah. Dan aku bersyukur karena pernah mengalami itu.

Sebenarnya ada 2 penyebab mengapa kamu "dihakimi".

Pertama, karena mereka merasa risih dengan kepribadianmu yang indah dan hidupmu yang penuh sukacita.
Ini fakta, bahwa hal ini sederhananya dinamakan "iri hati dan dengki".
Mereka ingin sepertimu, tetapi kamu sangat sulit "ditiru".
Lalu mereka mencoba menjadikanmu hancur perlahan, tetapi itu semua gagal dan akhirnya mereka mencoba jalan pintas, KEKERASAN VERBAL.
Bukan dengan cara menarik ujung rambutmu sejauh mungkin, tetapi berusaha menginjak-injak mentalmu dengan harapan berhasi menjadikanmu depresi dan HANCUR.
Ingatlah. Seorang PEMBENCI akan terus menjadi pembenci, membenci mereka yang jauh lebih baik darinya.
Tetapi mereka salah besar. Mereka melupakan kekuatan TERBESAR dari HAKIM ter-MULIA di jagad raya ini, yaitu Tuhan. Bapamu yang memandang dari istanaNya di Sana.

Kedua, karena kesalahanmu sendiri.
Sadar atau tidak, banyak diantara kita yang tak luput dari yang namanya "gosip".
Ya, si tukang gosip dengan ucapan-ucapan PANAS yang dilontarkannya dari bibirnya sendiri yang akan menusukkan racunnya kedalam dirinya sendiri.
Sejujurnya " gosip adalah fakta yang tertunda ".
Banyak orang yang merasa risih digosipkan macam-macam lalu lekas-lekas berang dan mengamuk.
Mengapa marah jika semuanya itu TIDAK BENAR ?
Gosip akan terkubur dengan sendirinya jika ia memang PALSU.

Lucunya, banyak orang yang rela mengotori tangannya, hatinya, pikirannya, mulutnya, dan buku kehidupannya hanya untuk menghakimi orang dalam sebab ke-2 itu.
Saat kita menghakimi, apakah kita cukup suci untuk berucap, " Kau." "Kau!" "Kau..!"
Sudah pantaskah kita untuk tidak DIHAKIMI oleh si pesakitan?
Faktanya adalah SIAPA YANG BERANG OLEH PERKATAAN ORANG LAIN TENTANGNYA ADALAH DIA YANG MENGAKUI BAHWA PERKATAAN ITU MEMANG KEBENARAN.
Cukup jelas, bukan?

Lalu bagaimana denganku?
Aku adalah si pesakitan yang dihakimi atas sebab pertama.
Yang ini adalah penghakiman dunia yang terkejam dan terpahit.
Ketulusan dan kebaikan dibalas air tuba.
Haruskah aku dendam?
Untuk apa? Aku hidup untuk bersukacita dan bermegah atas kasihNya.
Itu semua sudah lebih dari cukup.

Seorang teman dihakimi oleh mereka yang menamakan kelompoknya itu "persahabatan".
Tapi sesungguhnya diantara mereka pun saling menghakimi dan saling melempar fitnah satu dengan yang lainnya.
Aku tahu, karena aku terlalu "tahu" untuk berkata, "aku tak tahu".
Mudah memang untuk meremukkan lidah mereka satu persatu andai saja aku mau.
Mengadu domba mereka, menghancurkan mereka satu persatu.
Tapi untuk apa?
Sukacitakah aku karenanya?
Mereka memang bangga berhasil membunuh karakter si teman.
Tetapi banggakah Tuhan terhadap mereka?
Air mataNya mengalir melihat anak-anakNya menistakan kasih dariNya.

Jika kamu merasa seseorang itu pantas untuk ditegur karena lakunya, maka bukankah teguran itu lebih indah dan ampuh jika disampaikan dengan respek dan penuh rasa hormat, didasari kasih, dan disertai dengan teladanmu atas apa yang menurutmu salah dari lakunya?
Kita berguru pada teladan api.
dalam ilmu memasak dikenal tehnik memasak dengn api kecil.
Kenapa harus api kecil? Bukankah api besar justru menjadikan masakan cepat matang?
Jawabnya adalah TIDAK.
Api besar justru menjadikan masakan itu gosong di luar tetapi tetap mentah di dalamnya.
Tetapi api kecil menjadikan masakan itu matang sempurna tanpa merusak teksturnya.
Seperti itu pulalah dalam menegur seseorang, teguran yang lembut mungkin butuh waktu yang cukup lama untuk membentuk seseorang menjadi "lahir baru" tetapi kadar akuratisasinya adalah 100 %.
Sedangkan teguran yang MENYERANG pribadinya bukan kesalahannya justru akan menyuburkan dendam di dalam hati orang itu, dan menambah akuratisasi kebebalannya.
Janganlah menegur dengan menjadikannya pendendam atasmu, tetapi jadikanlah musuhmu itu sahabatmu. Karena teguran tertajam adalah menjadikan musuhmu sebagai sahabatmu.
Selalulah ingat bahwa MEREKA YANG SAAT INI TERTUNDUK DENGAN PAKSA DAN BERURAI AIRMATA DIKAKIMU SUATU SAAT AKAN MENYAKSIKAN KEPALAMU TERTUNDUK DI KAKINYA DENGAN LUTUTMU SAMPAI KE TANAH SEMENTARA MATANYA TEGUH MENATAP LANGIT.

Jangan sampai sekali lagi untaian kalimat sakti itu terbukti ditanganmu, kawan.
Sebab mereka yang terpuruk saat ini olehmu ternyata punya potensi paling besar untuk menjadi pembesar di masa depan.

Aku bersyukur karena aku bukan hanya sekedar membacanya, tetapi menyaksikan dan mengalaminya sendiri.
Saat ini aku sungguh rindu agar si teman bangkit dan menjadi semakin tangguh di dalam Dia.
Sekalipun aku pernah tersakiti juga oleh perkatan-perkataannya.
Tetapi karena semuanya itu tidak benar, aku tak pernah ambil pusing.
Saat aku menyaksikan apa yang terjadi padanya, entah mengapa hatiku juga terasa tertusuk sakit sekali.
Mungkin Bapa memang sengaja menghadirkan dia dalam fase kehidupanku ini.
Jika aku ataupun dirimu berhadapan dengan orang, oarang-orang, dan keadaan yang sama juga.
Aku sungguh berdoa dan berharap agar kamu pun bisa melupakan perih hatimu lalu meraih tangannya dan menjadi peneguh dan pelipur baginya untuk bangkit dan sama-sama merasa kuasa Tuhan dalam kejatuhan dan kelemahan.

Sebab di dalam kelemahan dan kejatuhan lah kuasaNya dinyatakan.
Karena sukacita memang selalu ada di dalamNya, maka kelemahan dan kejatuhanmu akan menjadi kesaksian LUAR BIASA juga bagi sesamamu di dalam Dia.

Terpujilah Tuhan, selamat malam...

Selasa, 07 Februari 2012

Best Quotes I've Ever Read

Orang yang bertekad bulat, seperti iblis yang sedang marah,
Meski kepalanya dipenggal, dia tidak akan mati.
Hagakure; Yamamoto Tsunetomo

" Aku pernah jatuh cinta sebelumnya. Rasanya seperti narkotik. Mula-mula mendatangkan euforia penyerahan diri, lalu berikutnya kau menginginkan lebih banyak. Kau belum kecanduan, tapi kau menyukai sensasinya dan kau masih bisa mengendalikan semuanya. Kau memikirkan orang yang kau cintai selama 2 menit dan melupakannya selama 3 jam.Tapi kemudian kau terbiasa dengan orang itu, dan mulai bergantung sepenuhnya pada mereka. Sekarang kamu memikirkannya 3 jam & melupakannya selama 2 menit. Kalau ia tak ada, kau merasa seperti pecandu yg selalu membutuhkan morfin. Dan seperti halnya pecandu yg akan mencuri & mempermalukan diri sendiri demi memenuhi kebutuhan mereka. Kau pun bersedia melakukan apa saja demi cinta "
di Tepi Sungai Piedra Aku Menangis; Paulo Coelho

" nasionalisme berpangkal dr rasa bangga sbg diri sendiri.
banggalah terlahir sbg bangsa yang berbudaya. karena konon.
jika sebuah bangsa telah kehilangan budayanya, maka bisa dikatakan bhwa bangsa itu telah PUNAH.
inilah amanah yg kita emban dari leluhur. " =Aji Prasetyo=


"Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya." Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin; Tere Liye


" Tak ada satupun manuisa yang tak ingin bahagia.
Kamu hanya sepotong maze, namun begitu pas nya mengisi ruang hatiku." Supernova - Dee

"Seorang wanita cerdas menyembunyikan kepintarannya." Memoirs of Geisha

"Lebih Baik Diasingkan Daripada Menyerah Terhadap Kemunafikan"
Catatan Seorang Demonstran; Soe Hok Gie

Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya." Paulo Coelho

" Keangkuhan adalah kelemahan, namun kesombongan selalu hadir mengikuti kepandaian " Mr. Darcy

"pengadilan bukan tempat menyatakan kebenaran, tapi tempat menjual cerita yang paling disukai para juri" Plain Truth; Jodi Picoult

 "Tuhan Maha Mengetahui, tapi Dia menunggu" Leo Tolstoy

"Jika aku dapat melihat cinta... mungkin yang pertama kulakukan adalah mencari tahu kepada siapa saja cintamu kau berikan" Musim Hujan Kali Ini

"Karena hati tak perlu memilih,, ia s'lalu tau ke mana akan menuju.." Perahu Kertas; Dee 

"That's the beauty of argument, if you argue correctly, you're never wrong " Nick Naylor

" Quis custodiet ipsos custodes? "
" Siapa yang akan mengawasi sang pengawas? " Digital Fortress; Dan Brown

"Cinta mungkin buta, tapi kadang untuk bisa melihatnya dengan lebih jelas, kita hanya butuh kacamata yg pas." Marmut Merah Jambu; Raditya Dika

"Sebab seorang laki-laki selalu merasa sebagai anak kecil dihadapan ayahnya"  The Book of Lost Thing

"Aku tlah melewati puncak gunung & jiwaku membumbung ke cakrawala & bebebasan yg tak terikat" Cinta, Tawa & Airmata

"Teman itu seperti bintang, kadang terlihat, kadang tidak. Tapi kita tahu dia selalu ada disana." Seperti Bintang


"Tuhan menciptakan kehidupan begitu adil--manusia tidak lepas dari kesalahan,tetapi memiliki antrean kebaikan yang amat panjang. " Coming Home; Sefryana Khairil

"When you take a photograph of someone, you take a portrait of their soul" - Refrain

Sejak dulu hingga kini banyak orang mencari mati untuk menghindari penderitaan & tanggung jawab. Tahukah mereka bahwa keputusan untuk mempertahankan hidup sebenarnya jauh lebih berani, jauh lebih perkasa daripada sekedar mencari kematian ?? Pendekar Panji Sakti; Gu Long 

"Jika kau ingin menang tapi merasa tak mampu,

hampir pasti kau akan kalah.

jika kau merasa sesat, sesatlah dirimu

karena sesungguhnya,

sukses dimulai dari niat seseorang.

Semua tergantung pada suasana hatimu.

Jika kau merasa terbuang, maka kau akan terbuang.

Kau harus bercita- cita tinggi.

Kau harus yakin pada dirimu.

Sebelum kau raih pialamu.

Perjuangan hidup tidak selalu dimenangkan

oleh mereka yang terkuat atau yang paling sigap,

cepat atau lambat,

orang yang YAKIN DIRINYA BISA,

inilah yang tampil menjadi sang JUARA !! ”
Think and Grow Rich; Napoleon Hill


"Kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan, atau satu kelemahan. Yang terpuji memang seorang yang mampu melakukan kemauan baiknya." Bumi Manusia; Pramoedya Ananta Toer

"Lelaki yang masih mempersoalkan tampang adalah lelaki yang jiwanya miskin. melihat perempuan hanya pada manfaat dan bukan martabat " Ca Bau Kan; Remy Sylado

"Seperti dikejar bayang-bayang
Meski tak melakukan kesalahan apa-apa
Mengapa kebenaran justru membuat kita
selalu merasa tersiksa?
Barangkali karena kebenaran telah lama terpenjara....." Lelaki Terindah; Andrei Aksana 

Rabu, 29 Juni 2011

Selamat bagi yang LULUS, Semangat bagi yang masih HARUS berjuang... Semuanya itu hanyalah PROSES

Muliakan Tuhan dalam setiap perkara dalam hidupmu...
Pegang itu, jadikan pedoman dalam setiap setak jantungmu dan hela nafasmu...


Kegagalan adalah SUKSES yang tertunda...
Lalu, kenapa harus mengutuki diri sendiri?
Aku paham bagaimana rasanya GAGAL...
Aku PERNAH GAGAL dan rasanya memang tak menyenangkan...


Kenapa?
Kalian mengira aku berdusta? Aku tak pernah mengalami apa yang aku katakan?
Aku yang sekarang adalah hasil dari aku di masa lalu...
GAGAL dulu, barulah BERHASIL...

"Aku bukanlah seorang PEMENANG saat pertama kali tampil. Tapi aku akan tetap berusaha hingga akhirnya namaku terukir abadi dimata dunia..." -anonim-


Lebih buruknya lagi, aku bahkan pernah MARAH dan SKEPTIS pada Tuhanku sendiri...
Kenapa?
Ya. Alasan sepele... AKU GAGAL DALAM S***K U* tahun 2010...
Aku menyalahkan Tuhan dan tak hentinya mendongkol dalam hati dan pikiranku.
Padahal, tahukah kamu???


Apa yang kita TUAI adalah hasil dari apa yang kita TANAM...
Ya. Itu TEPAT!
Harus aku akui, aku bukanlah pelajar yang bodoh(maaf, bukannya menyombongkan diri)
Aku tergolong pelajar yang BISA diandalkan...


Tapi, karena kungkungan rapuh kehandalan yang tanpa keseimbangan iman, aku terperosok jatuh jauh kedalam kebobrokan keadaan...
AROGAN, itu kata yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaanku saat itu.
Aku lupa bahwa sePANDAI dan seCERDAS apapun aku, Tuhan  adalah Penguasa Ilmu Pengetahuan.
Dia BERHAK mengambil, mengembalikan, atau bahkan mengambil tanpa mengembalikan ilmu itu lagi padamu.
Ya. DIA BERHAK!


Aku baru menyadari apa makna ungkapan, " Mereka yang RENDAH HATI niscaya akan DITINGGIKAN Tuhan..."


Ya. Sadarku terlambat... Setidaknya untuk masuk universitas impianku di jurusan impianku pula...
Tapi, yang namanya Tuhan takkan pernah membiarkan umatNYA yang dikasihiNYA untuk terpuruk dan tak bisa bangkit lagi...


Banyak hal yang aku pelajari dalam langkahku yang tak mulus...
Aku menyesal telah "marah" padaNYA, mengataiNYA bahwa DIA tidak mengasihiku...
Aku menebus segala "kesalahan" itu dengan kembali FOKUS dan OPTIMIS...
Aku belajar untuk BERJALAN BERSAMA DIA, Tuhanku...
Tanpa pernah sedetik pun mengabaikan DIA...


Ternyata hari-hari dan setiap tetesan keringat kita tak sekalipun sia-sia dimataNYA.
Pada akhirnya DIA mengganjarku dengan hadiah indah luar biasa, sebuah KELULUSAN dalam ujian selanjutnya...


Saat itu kepercayaan diriku kembali dan semakin menguatkanku dalam Iman dan pengharapan, meskipun tak lagi mungkin menamatkan jenjang S1 ku di universitas impian itu...
Tapi, aku bahagia karena semakin hari akus emakin tahu apa MAKSUD Tuhan dalam hidupku...


Banyak hal berharga dan mendewasakan yang aku rasakan di fakultas ini..


Dan aku mau berkata, " Kegagalan ada BUKAN untuk menjatuhkan... Kemenangan datang BUKAN untuk mengangkuhkan... Sesungguhnya segalanya itu berasal dari DIA, Penguasa alam semesta... Jika kita berserah padaNYA, tidak ada sedetikpun proses dalam hidupmu yang menyakitkan... Karena segala sesuatunya itu akan terjadi Indah Pada WaktuNYA..."




Salam Semangat...!!

Kamis, 23 Juni 2011

We're LIMITED EDITION...!!

Pernah berpikir untuk menghitung BERAPA banyak manusia yang MENYESALI kehadirannya di dunia ini?
Menangisi hal-hal sepele yang dianggapnya sebagai KEGAGALAN SEUMUR HIDUP...?
Merendahkan dirinya sendiri...?
Melemahkan kakinya untuk berdiri dihadapan bayangannya sendiri...?
Merasa TAK LAYAK untuk jadi orang BESAR...?
Beberapa kali berharap Tuhan memanggilmu kehadiratNya segera?




Heyy...! Pergilah bercermin...
Pandangilah sosok yang ada dihadapanmu dari ujung rambut hingga ujung kaki...
Adakah KESALAHAN kau temui?
Aku bisa menjamin TIDAK ADA sedikitpun Kesalahan itu..!




Sadarkah kau bahwa Tuhan menciptakanmu dengan tanganNya sendiri?
Tahukah kau bahwa Ia "menyelesaikan"mu dengan Sempurna tanpa cela dan cacat?
Lalu mengapa kau merendahkan dirimu sendiri?




Kau Berharga, kau Berharga...!
Kau Berhak dan Layak untuk berdiri sejajar dengan pemuka-pemuka dunia...
Kau PANTAS ada disamping mereka...


Memang tak ada satupun manusia yang tak pernah GAGAL dan melakukan KESALAHAN..
Sadari itu, kawan...
Bahwa KEGAGALAN akan mengajarimu banyak hal....
Dengan Kesalahan sebagai pengantar KESUKSESAN...


Jangan pedulikan apa kata orang tentangmu..
Karna mereka tak pernah benar-benar tahu dan memahami siapa dirimu...
Lihat ini...


BEBASKANLAH DIRI ANDA DARI RASA TAKUT KEPADA PENDAPAT ORANG LAIN mengenai Anda.
...Teguhkanlah hati Anda, katakanlah
"Aku tak akan mengijinkan pendapat orang lain tentang diriku,
menjadi pembatas dan penjara bagi hak ku untuk menjadi
pribadi yang damai, yang bekerja dengan jujur untuk kesejahteraan dan kebahagiaanku.
Aku penguasa hidupku sendiri." (Mario Teguh)



Jelas bukan bahwa kaulah pengontrol hidupmu nomor 2 setelah Tuhan, tentunya...
Maka laksana remote control, aturlah stasiun perhentianmu...
Kemanakah kau akan menempatkan dirimu sebagai pribadi yang "mulia" dan "memuliakan" orang-orang disekitarmu...


Hanya itu, bahkan Orangtuamu pun tak pernah menganggapmu sehina hatimu pernah meremehkan dirimu sendiri... (benar, bukan?)


Sebenarnya yang membuat diri manusia itu terlihat "rendah" adalah dirinya sendiri...
Kenapa harus mengasihani diri sendiri?
Mengiba-iba dengan dirimu sendiri?
Membathin dengan dugaan-dugaan dan hinaan untuk dirimu sendiri?


Tahukah kau, kawan??
Tuhan menciptakanmu ISTIMEWA dan PENUH CITA RASA karya Agung sang Maestro...
Tak ada 2 sepertimu di dunia ini...
Kau diciptakan LENGKAP kekurangan dan kelebihanmu.
Itu yang menjadikanmu lantas disebut sebagai MANUSIA...
Kau tidak diciptakan lewat MESIN FOTOKOPI...
Yang darinya dihasilkan ribuan cetakan segambar dan serupa tapi tetap TAK BERNYAWA...
Tapi kau... Kau dan aku diciptakan SEGAMBAR dan SERUPA denganNya...
Dengan tanganNya sendiri pula kau dan aku diciptakan...
Bukankah itu lencana tingkat tinggi yang dikaruniakanNya khusus untuk kau dan aku???
Manusia.... Ya! Manusia... M.A.N.U.S.I.A
Maka, jadilah Manusia seutuhnya yang mampu menghargai dan menghormati dirinya sendiri...
Setelahnya, Hargai dan Hormatilah orang-orang disekitarmu, terutama yang berada disisimu seperti kedua orangtuamu dan saudara-saudarimu...


Nah, sudah paham dengan betapa BERHARGAnya dirimu didunia ini?
Jadilah 1 dan selamanya tetap jadi Satu-Satunya...








Salam Sukses...

Rabu, 22 Juni 2011

Hakikat Berlari

Berlarilah terus hingga lelah berhenti mengejarmu...
Hakikat berlari BUKANlah BERPACU DI AWAL lalu kemudian MELEMAH PERLAHAN hingga TERLELAH sebelum garis FINISH...


Tapi, berlarilah STABIL dari AWALnya hingga AKHIRnya...
Ketika kita bisa mengatur ke-STABIL-an itu, maka itulah jaminan yang teguh atas Kemenangan yang hakiki...


Perhatikanlah para SPRINTER dalam perlombaan lari...
Sprinter yang BAGAIMANAkah yang keluar sebagai Pemenang?
Ya. Dia yang memperhitungkan kemampuannya dan punya semangat yang tidak seperti gelombang "longitudinal" lah yang memegang kendali.
Lalu,bagaimana dengan mereka yang berlari begitu gesitnya di awal?
Tentu saja dalam separuh fase larinya, dialah yang pegang kendali.
Tapi perhatikan di menit-menit terakhirnya... Menit penentuan nasibnya...
Kekuatan dan semangatnya bertahap mati...
Dia lelah, kakinya tak lagi sanggup berdentum menghantam lintasan larinya...


Dia yang merasa sudah jadi PEMENANG di awal pertandingan.
Ternyata melemah saat takdirnya hendak ditentukan.
Karena dia tidak menyadari hakikat berlari.
Ia mengira bahwa kecepatan awalnya sungguh tak terjangkau oleh pelari lainnya yang dirasanya kurang gesit karena berlari "sedang" di awal.
Padahal, itu adalah STRATEGI paling jempolan yang pernah ada.
Dimulai dari yang Kecil, semakin Bertenaga, Lebih Bertenaga, hingga akhirnya berlari SEKUAT TENAGA.
Ia memulai dengan perlahan karena ia harus berhati-hati agar ia tidak tergelincir, atau terjatuh terlalu cepat.
Memang begitulah SEHARUSNYA.


Tak terlalu penting bagaimana kau memulainya di Awal, tapi bagian AKHIRnya lah yang menjadim tujuanmu.
Bukan berarti ada Keberhasilan TANPA Persiapan yang Matang!
Kau tetap HARUS Bersiap-siap untuk hasil AKHIR yang kau inginkan jadi Sempurna, bukan???


Anggaplah kau sekarang sedang berdiri sebagai seorang SPRINTER yang berada dalam lintasan lari yang di kiri-kanan mu ada begitu banyak pesaing yang tak kalah tangguh.
Mulailah rancang pertandingan lari seperti apa yang kau inginkan...
Jangan lupa tempatkan DIA di antara garis START dan FINISH nya...
Lalu perhatikan apa yang terjadi...




Salam Sukses...!!! Tuhan memberkati...

Selasa, 21 Juni 2011

Peran Tuhan dalam kehidupanku... Pembentukan yang mengindahkan...

Aku tak pernah menyangka sebelumnya bahwa hidup akan berjalan seperti ini.
Aku bukanlah pribadi sempurna yang pantas untuk diagungkan.
Aku berdiri di satu sisi hidupku dan memandang ke sisi yang lainnya untuk merencanakan hal-hal indah yang kupikir baik untuk masa depanku.
Ketika pada akhirnya memang yang terbaiklah yang terjadi, tapi bukan rancanganku melainkan rancanganNya.
Banyak hal dan kejadian membentukku dengan keras.
Mengapa harus dibentuk dengan keras?
Ya. karena aku ini pribadi yang keras pula.
Aku jarang mengakui kelebihanku, tak tahu kenapa.
Tapi aku senang berada diantara mereka yang layak untuk dipuji.


Terkadang aku juga merasa heran dengan keadaan dunia dan lingkungan sekitarku.
Dalam pandangan dan prinsip beberapa orang, mereka merasa bangga dan bahagia apabila berada ditengah keramaian, ditengah orang-orang populer, disisi mereka yang tenar dan stylish.
Tapi mereka tidak menyadari apa makna sebenarnya dari kebahagiaan dan kebanggaan itu.
Orang-orang seperti itu hanya ingin dianggap "sama" seperti "mereka", tak peduli dengan betapa anehnya mereka karena itu.


Bagiku, kebanggaan adalah saat orang-orang merasa bahagia dengan keberadaanku disisi mereka.
Bahkan jika tak satupun mengharapkan keberadaanku, itu artinya aku harus mengoreksi diri dan mencari tahu dimana kekuranganku.
Sebenarnya kebahagiaan sejati ada di dalam diri kita.
Ketika kita merasakan kebahagiaan dari "dalam", maka akan terpancar sinar kebahagiaan itu di "luar".
Jadi, jangan pernah cari kebahagiaan diluar dirimu, BAHAGIAKANLAH LEBIH DAHULU JIWAMU, LANTAS BERBAHAGIALAH DENGAN SESAMAMU.


Aku menjalani kehidupanku penuh dengan suka dan duka.
Masa kecil hingga remajaku penuh dengan canda tawa, hampir tak ada air mata.
Aku dikelilingi oleh teman-teman dan sahabat yang kutahu mengasihiku sepenuh hati.
Meskipun sekarang kami terpisah-pisah dengan kehidupan masing-masing tapi tetap satu hati.


Saat ini aku telah bertumbuh menjadi seorang gadis berusia 19 tahun.
Aku tak paham bagaimana aku menggambarkan keadaanku sekarang.
Aku ini seorang wanita atau masih seorang gadis cilik.
Yah... Sebenarnya kedewasaan tak terukur lewat angka usia, tapi bagaimana cara kita berpikir, merenungkan, dan menyelesaikan masalah yang menghadang dalam kehidupan kita.
Aku pikir hingga detik ini pun aku masih belajar menjadi dewasa.


Aku mulai mengalami yang namanya fall in love, first love, second love, hingga pencarian akan TRUE LOVE.
Hahaha... Lucu juga kedengarannya.
Tapi, memang itulah fase kehidupan manusia.
Terkadang aku berpikir, " Pernahkah seorang pria menangisi cintanya seperti seorang gadis menangis karena mengira ia SALAH mencinta?"
Ataukah, " Apa memang benar ada CINTA SEJATI?"
Ah, aneh juga rasanya menanyakan itu.
Tapi, sejujurnya itulah realita yang terjadi.
Aku pikir akupun pernah melakukannya.
Aku pernah menangisi cinta, mereka-reka masa depan cinta, mengukir cinta, juga menghancurkannya sendiri.
Itulah fase cinta dalam beberapa masa kehidupanku.
Lumayan membosankan dan hampir berhasil membuatku jenuh.


Aku juga bertemu beberapa teman di awal masa kuliahku.
Mereka yang salah kuduga.
Salah kuduga sebagai "sahabat".
Entah mengapa, setiap fase kehidupanku, aku harus mengalami pengkhianatan berkali-kali oleh mereka yang kuyakini sebagai yang "terkasih" dan "terpercaya".
Jujur saja, aku ini tergolong sebagai manusia yang jika sudah mengasihi teman-teman, apalagi sahabatku, maka aku akan percaya penuh pada "orang-orang" itu.
Aku takkan percaya pada apapun perkataan orang yang "iri" pada teman-temanku dan ingin mengahncurkan persahabatanku.
Tanpa dihasut pun aku akan mengambil tindakan jika apa yang dikatakan orang-orang itu memang aku buktikan sendiri.
" Mata dan telingaku akan kututup rapat demi teman dan sahabatku. Sebab aku menyayangi mereka..."
Jadi, sampai kapanpun kumohon. Jika kau menganggapku sebagai sahabat, apapun yang dikatakan orang-orang dibelakangku, tanyakanlah hal itu langsung di hadapanku.
Aku tak suka diperbincangkan dibelakang(meski memang itulah sifat khas manusia).
Tapi percayalah, pribadi yang BAIK adalah Pribadi yang Siap di-Kritik secara langsung...
Satu hal yang PASTI yang bisa aku jamin bagi kalian teman dan sahabatku, " Sampai bumi runtuh sekalipun, aku takkan pernah melepaskan tanganmu dari genggaman tanganku..."
Itulah JANJI persahabatan. Kau bisa memegang itu dan membuktikannya bersamaku(itupun jika kau bersedia).


Aku menyukai pribadi yang bijaksana, cerdas, sederhana, berwibawa, kharismatik, lembut, sopan, tegas, humoris, rapi, dan yang terutama adalah CINTA akan Tuhan.
Sederhana, bukan???
Tak ada manusia yang sempurna, maka jangan pernah mengharapkan yang "sempurna" menurut takaran manusia.
Segalanya akan jadi "sempurna" hanya jika DIA yang menjadikannya sempurna, teman.


Aku sudah menjalani 2 Semester di kampusku.
Banyak hal dan berbagai macam pribadi kujumpai di kampusku.
Aku tertawa, terharu,. menangis, bercanda, curiga, marah, dan jatuh cinta di tempat pilihan Tuhan ini.
Banyak hal yang dijadikanNya "alat" untuk mendewasakanku, baik dalam hal Iman dan Pengharapan, serta Pembentukan Pribadiku.
Di masa awalku, aku adalah sosok "menyebalkan" yang sedikit "arogan" dan "keras".
Aku membelenggu diriku sendiri dalam terali kesombongan, penuh curiga, tak peduli dengan "sebabnya" tapi "hasilnya".
Aku sempat bermasalah dengan beberapa orang di kampusku akibat pribadiku yang seperti itu.
Ya. Tidak sepenuhnya juga karena itu, tapi itu karena aku belum seperti yang sekarang ini.
Pada akhirnya pola pikirku jauh berubah.
Bahwa "sesuatu" pasti ada "sebab"nya.
Akupun sadar bahwa karakter atau tingkah laku setiap orang terbentuk oleh lingkungan dan masa lalunya.
Sekarang aku mengerti mengapa orang-orang yang bermasalh denganku itu menjadi seperti itu... ADA SEBABNYA...
Mungkin masa lalu mereka, kisah sedih dalam kehidupan, atau apapun itu, yang pasti adalah Aku Bersyukur bisa Belajar dari Pengalaman.
Aku sempat berusaha menyadarkan "mereka" yang kuanggap sahabat itu atas kesalahan pemikiran yang sama-sama kami lakukan selama ini, tapi mereka menyebutku sebagai si "pemikir" yang "aneh" dan "gila".
Aku takkan menyalahkan "mereka" yang ada dikiri dan kananku saat itu... saat aku menjadi si "menyebalkan".
Karena aku sendiri telah merasakan bagaimana "mereka" terlalu banyak mengubahku dari pribadi yang dahulunya menyenangkan(seperti kata para sahabatku sejak kecil), menjadi seperti beberapa bulan yang lalu.
Aku mengalami apa yang namanya "sidang" darurat, jebakan, dan penusukan dari belakang yang sungguh melukai dan menyiksaku.
Oh, Tuhan... Andai mereka bersedia tinggal disisiku sejenak saja, hanya untuk beroleh "penyadaran" sepertiku juga...
Pada awalnya sungguh aku merasa aku memang banyak melakukan kehinaan seperti kata "mereka".
Namun, aku yakin Tuhan tahu yang sebenarnya.
Tuhanku itu tak pernah diam.
DIA PASTI membelaku dan menunjukkan kebenaran itu dihadapan semua orang, terutama "mereka".
Berapa banyak orang yang tertawa karena "kami" berantakan.
Berapa banyak orang yang menikmati keadaan saat itu.
Ya, mereka berhasil. Tapi hanya sejenak, karena pembelaanku datang begitu cepatnya dari DIA... (:


Aku tak perlu berlari kesana-kemari, mengiba sana-sini, atau menjerit sekuat tenaga membela diri.
Kenyataan adalah kenyataan, dan bukti adalah bukti.
Tak ada yang bisa menyembunyikan kebenaran. (:


Cukup lama aku terpuruk karena "dikhianati" oleh mereka yang dulunya kuanggap sebagai saudari(lebih dari sahabat).
Aku terduduk lesu disudut kamarku dan bertanya," Tuhan, apa salahku? Sehina itukah?"
Tapi aku mendengar jawaban itu indah... indah sekali..."BESI MENAJAMKAN BESI, ORANG MENAJAMKAN SESAMANYA(Proverbs 27:17)"
"Dia yang membuatmu marah, telah berhasil memulai retakan di hatimu, untuk memulai proses membelahmu menjadi berkeping-keping, jika engkau meliarkan kemarahan di hatimu.
...
Kebaikanmu sepenuhnya ada dalam kewenanganmu untuk hanya merasakan yang menguatkanmu, memikirkan jalan naikmu, dan melakukan yang menjadikanmu terlalu besar untuk mereka rendahkan.
Sesungguhnya kekuatanmu ada di dalam kedamaianmu."
Itulah pembentukan yang indah., aku belajar untuk menjadi pribadi yang waspada dan siaga.
Aku belajar mengenal berbagai pribadi.
Sehingga dengan itulah karakterku terbentuk indah.


Akhirnya aku paham apa maksud Tuhan dalam hidupku.
Akupun mengerti dimana aku seharusnya berada(pada akhirnya).
Dengan siapa aku bisa berbagi, bersama siapa ketulusanku berarti, kemana aku harus mencurahkan isi hati dan jiwaku, dan banyak pelajaran lainnya yang aku yakini sebagai cara Tuhan mengajarku... Keras, tapi penuh Kasih...
Saat ini aku punya seorang kakak rohani, namanya Yenni Melissa Surbakti "Kakak Juara 1 Seluruh dunia" ...
Aku punya saudari-saudari yang terbentuk lengkap dengan karakternya masing-masing...
Resky Ananias Nadeak "gadis lugu yang pemalu tapi cerdas"
Devina Angraeni Simangunsong "sosok keibuan yang penuh kasih dan ketulusan"
Dessy Saida Simbolon "Cantik, Lucu, Pintar, dan Lembut"
Mereka semua seperti bagian puzzle yang melengkapiku menjadi Sempurna seperti apa yang DIA mau...
Oh, terima kasih Tuhan...


Saat ini aku mendoakan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku dan hatiku.
Aku mengasihinya dengan tulus tanpa memaksa.

"Tidak seperti menggenggam pasir yang semakin digenggam semakin hilang...",  kata sahabatku AnN
Aku pernah membaca sebuah kata-kata penguatan yang berbunyi, Karna kasih yang tulus TANPA memaksa takkan pernah menyakiti siapapun..
Cinta yang diawali persahabatan takkan pernah menyakiti satu sama lain... Cinta yang hampir sempurna(karna cinta yang sempurna hanyalah milik Tuhan).


Aku masih saja mendoakannya dengan sungguh dan ikhlas, meskipun aku harus merelakan dia agar dia lebih dahulu membuktikan dan menerima jawaban dariNya atas doa-doanya selama ini yang selalu ia ceritakan padaku dan berkali-kali membuatnya merasa gelisah dan rapuh.
Selalu saja ada godaan Iblis untuk membuatku menghancurkan harapannya atas seseorang yang dikasihinya itu.
Tapi bagiku, tak masalah jika dia harus bersama yang lain beberapa saat hanya untuk menyadari apa maksud Tuhan di dalam hidupnya.
Sejujurnya, aku menemukan semua jawaban atas doaku selama ini didalam dirinya... SEMUANYA...!
Sungguh terkadang aku ingin sekali membantahnya satu per satu... Tapi, kenyataan tak bisa diingkari.
Aku hanya merasa takut...
Takut, apabila...
Aku pada akhirnya HARUS meninggalkan dunia ini
tanpa memberitahu dia bahwa aku mengasihinya.
...
dan membiarkannya menghabiskan sisa hidup,
tanpa mengetahui apakah aku pernah mengasihi dia.
Bahwa aku mengasihinya dan bahwa kehidupan tak akan seindah ini tanpanya.

Ya. Itu saja hal terakhir yang ingin aku lakukan.
Hal utama dan terutama dalam kehidupanku hanyalah MEMBAHAGIAKAN dan MEMBANGGAKAN kedua orangtuaku.
Tak apa jika aku harus kehilangan segalanya hanya untuk mengukir senyum dibibir mereka berdua.
Sekalipun aku harus kehilangan dia yang aku kasihi lalu ditukar dengan senyuman abadi orangtuaku, aku rela.... sungguh rela...
Tapi aku tahu, Tuhan-lah yang lebih tahu...
Karna itu, aku hanya menggantungkan pergumulan dan harapan, serta doa-doaku hanya padaNya, karena hingga detik ini tak sekalipun DIA mengecewakanku.


Aku cukup optimis dengan hasil studi semester ini. Banyak perubahan yang terjadi sebelumnya.
Aku bukan lagi Jeje yang emosional, malas dan introvert, eksklusif dan skeptis, keras dan arogan.
Tapi aku yang sekarang adalah aku yang penuh semangat untuk mempertahankan senyum kedua orangtuaku, sahabat-sahabatku, dan keluargaku, terutama Tuhan.


Inilah akhirnya dari pengelanaanku di awal masa perkuliahan.
Tahun ini juga aku menjadi seorang "senior" dengan lebih dari 300 orang "junior".
Aku hanya ingin menjadi senior yang tauladan dan disayangi, tapi tetap dihormati, bukannya DITAKUTI.
Ini jugalah yang aku ingin menjadi prinsip bagi senior-senior yang lainnya...
Siapapun yang membacanya, kuharapkan ini bermanfaat dan berkesan...


Selamat datang Semester baru, Selamat datang Pribadi yang beru, Selamat datang Junior-juniorku...
Selamat datang dalam kehidupanku yang baru, ya Tuhan... ya Bapaku yang hidup, dulu, dekarang, dan sampai selamanya bersama PutraMu yang Kudus... Yesus Kristus ku... Selamat Malam Dunia... Tuhan memberkati... (:




(Mario Teguh)
Cinta melukai hanya dia
yang cenderung memiliki daripada memberi.


Cinta adalah kekuatan
yang mengindahkan hati dan kehidupan
...jika tujuan utamanya adalah memberi.

Dan dia yang cintanya
menumbuhkan jiwa yang dicintainya,
akan terlindungi dari luka cinta.

Tapi dia yang mencintai
untuk tujuan menguasai,
akan pedih terluka
karena cinta menolak digunakan
untuk memanjakan penguasaan
atas kebebasan jiwa lain. 

Minggu, 19 Juni 2011

Kupu-Kupu Kertas... Valentineku yang Terindah...

            Benci itu benar-benar cinta. Sebagian orang mungkin membantah, tapi bagiku ini sungguh nyata. Bagaimana tidak, aku yang jelas-jelas sudah mengaggap dia sebagai musuh bebuyutan, benar-benar jatuh hati pada akhirnya. Dia benar-benar berhasil mengubah makna kata benci dalam hidupku. Dialah Radit teman sekelasku. Dia murid pindahan dari salah satu SMA unggulan di pulau Jawa karena mengikuti ayahnya yang dipindahtugaskan ke kota ini.
            Awal perkenalannya di depan kelas, Radit cukup membuat mataku sakit karena penampilannya yang super rapi dengan rambut diberi gel lalu disisir rapi seperti ayahku, sepatu van toffel, kaus kaki super putih, seragam yang disetrika dengan sangat rapi, lengkap dengan ransel kulit yang bergantung di bahunya yang bidang. Aku memanggilnya si Om Dandy. Cukup panas telinganya mendengar julukan dariku, tapi ia membalasku dengan julukan Putri Tidur karena kebiasaanku tidur pada jam pelajaran bahasa Mandarin yang notabene ada dalam penguasaannya. Kesal dan dendam, itulah yang tertanam dihati kami. Setiap kali bertemu, tak sekalipun kami saling lempar senyum. Yang ada hanyalah lidah yang terjulur lengkap dengan julukan kami masing-masing. Seisi kelas sudah paham bahwa kami tidak boleh bertemu dimanapun dan dalam keadaan apapun meski alam selalu saja mempertemukan kami.
            Cukup singkat bagi Radit untuk meraih simpati dari seisi kelas. Pribadinya yang ramah, pintar, dan bersahabat menjadi modal kuat untuk disukai oleh teman-teman kami, terutama para gadis. Dengan kelas sosialnya, teman-temannya pun sudah tentu adalah murid-murid terkenal di sekolah kami. Mulai dari bintang lapangan basket, juara debat se-Indonesia, anggota tim olimpiade sains, sampai pemain piano paling keren di klub orkestra. Diam-diam aku menyukai Willy, salah satu temannya. Setiap hari sepulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menonton Willy latihan basket di lapangan kami. Aku selalu jadi orang pertama yang bersorak tiap kali dia berhasil melakukan shoot. Willy mengetahui perasaanku padanya, tapi sama sekali tak merespon. Yang namanya suka, tak peduli apa dia membalas ataupun tidak, aku tetap ada untuknya.
            Rupanya kebiasaan dan perasaan istimewaku ini menarik perhatian Radit. Beberapa kali ia mengatakan padaku untuk tidak lagi menjadi fans  berat seorang William. Aku sama sekali tak menghiraukan itu, malah aku menganggap kalau itu hanya ejekan ringan darinya. Suatu ketika, aku tahu kalau ternyata Willy adalah seorang gay. Merinding aku membayangkannya. Pantas saja selama ini aku tak pernah melihat dia bergaul dengan gadis-gadis di sekolah kami, bahkan sekedar mengobrol pun tidak. Radit hanya tersenyum melihatku menangis sesunggukan karena patah hati.
            “ Dasar, Putri Tidur. Makanya jangan mimpi di siang bolong. “
            “ Biarin, memangnya apa urusanmu? Dasar, Om Dandy! Cepat pulang, nanti mama marah! ”
            Sejak saat itu, aku tak lagi menjadi pendukung setia Willy, ngeri aku setiap melihatnya cubit-cubitan dengan sesama pemain basket. Sungguh aku patah hati karenanya. Hanya beberapa minggu aku merana, hingga akhirnya aku bisa melupakan dia dan berganti dengan rasa anti yang begitu ketara. Aku pun akhirnya bisa menjalani hari-hariku dengan ceria lagi. Hingga suatu hari...
            “ Hey, Putri Tidur! Kamu apakan ban mobilku? Apa kurang kamu menyebutku Om Dandy?! “
            “ Hey! Jangan sembarangan menuduh ya. Siapa yang berani mengusik mobilmu itu? Disini mana ada yang berani menjahilimu. Papamu 'kan orang penting. “
            “ Tapi kenyatannya, hanya kamu yang berani mengatai aku. Sudah pasti kalau kamu pelakunya. Dasar gadis ndeso, nggak  tau ya kalau uang jajanmu setahun juga nggak  bakalan bisa ganti ban mobilku. “
            “ Diam kamu! Sombong sekali seorang Radit, hingga sanggup menuduh orang lain sesuka hatinya. Aku memang seorang yang hidup sederhana, tapi aku masih punya moral dan etika untuk menghargai orang lain meskipun orang itu adalah kamu! Sekarang pergilah dari hadapanku sebelum nantinya gigimu hanya tersisa dua. Aku benci kamu! “
            “ Benci itu benar-benar cinta, loh! Hahaha... “
            Dia meninggalkanku dengan wajah yang merah seperti kepiting rebus. Aku puas bisa membentaknya dan sedikit memberinya pelajaran etika. Hatiku sakit, aku bertekad tidak akan pernah berdamai dengannya apapun yang terjadi. Tapi, dia bilang benci itu benar-benar cinta. Persetan dengan ucapannya, aku benar-benar dendam padanya.
            Sejak kejadian itu, aku tak lagi ketiduran setiap mata pelajaran bahasa Mandarin berlangsung. Aku menganggap kalau Radit harus bisa aku kalahkan, terutama dalam pelajaran yang satu ini. Entah dia memperhatikan atau tidak, jelas aku sudah tak layak lagi untuk dijuluki Putri Tidur. Tapi, dia tetaplah Om Dandy bagiku. Dari unjung rambut hingga ujung kaki semua atribut sekolah ia kenakan tak terkecuali. Aku mulai malas untuk bicara, aku terus saja diam di kelas. Meski sesekali teman-temanku menegur dan menyapaku, aku hanya membalas dengan senyuman. Aku menjadi kutu buku dan tak lagi update soal mode fashion terbaru, buku best seller terbaru, majalah terbaru, dan lainnnya khas gadis remaja.
            Sudah menjadi kebiasaan baruku untuk minum teh di teras kamar setiap sore untuk menggantikan kebiasaan lamaku menonton Willy latihan basket. Aku menikmati pemandangan pekarangan rumah kami yang asri. Tiba-tiba mataku tertambat pada meja belajarku. Seekor kupu-kupu kertas dengan sayap warna-warni bertengger indah di atas bunga segar yang dirangkai ibu setiap pagi dikamarku. Aku mengambilnya lalu tanpa sengaja melihat rangkaian kata indah dibalik sayapnya...
            “ Inilah kepingan hatiku yang pertama, aku titipkan padamu untuk kamu satukan menjadi utuh lagi...”
            Indah dan romantis sekali sampai-sampai aku tak sabar untuk mengetahui siapa pengirimnya. Aku berlari menuruni tangga menuju ruang tamu untuk menanyakannnya pada ibu. Ibu hanya tersenyum dan bilang bahwa si pengirim berpesan saat Valentine tiba, aku pasti tahu siapa orangnya. Aku tersenyum menyadari kalau ternyata aku punya seorang secret admirer. Hari-hari kujalani dengan penuh sukacita. Setiap sore aku selalu tersenyum karena lagi-lagi seekor kupu-kupu kertas dengan sayap warna-warni bertengger di meja belajarku.
            “ Ini kepingan hatiku yang kedua, maafkan aku jika aku keliru...”
            Aku selalu menduga-duga siapa orangnya, tapi tak pernah kutemukan jawabnya. Aku satukan setiap hari satu persatu di dalam sebuah keranjang berbentuk hati yang aku beli khusus untuk menyatukan kupu-kupu itu. Setiap malam selesai belajar, aku pandangi mereka lalu aku tidur dengan nyenyak.
            Hasil ulangan Bahasa Mandarin dibagikan dan aku meraih peringkat kedua, tentu saja setelah Radit. Tapi bagiku dan seisi kelas, ini adalah mujizat. Selama ini aku selalu ada di urutan kedua memang, tapi dari belakang. Tak kusangka juga, Radit menyelamatiku dan akhirnya mengakui kemampuanku. Dia tersenyum padaku dan kenyatannya sikap Radit semakin hari semakin ramah. Aku sedikit takjub setan apa yang merasukinya, tapi kunikmati saja sambil terus menerka-nerka siapa pemuda yang begitu kreatif dan romantis itu. Meskipun begitu, aku tak lantas memaafkan Radit lalu berbaikan dengannya. Kata-katanya beberapa waktu lampau, terlalu kejam untuk dimaafkan. Aku pulang kerumah dengan perasaan bangga dan aku tunjukkan hasil ulanganku pada ibu. Kuceritakan betapa bangganya aku berhasil membuktikan pada si Om Dandy, bahwa aku memang gadis yang handal. Ibu hanya tersenyum dan bilang kalau aku tak boleh cepat puas, aku harus terus belajar dan kalau bisa meraih peringkat satu bukan hanya dalam pelajaran ini tapi seluruh mata pelajaran. Aku memeluk ibu dan mencium pipinya lalu bergegas lari ke kamar untuk melihat kupu-kupu ketiga di atas meja belajarku.
            “ Ini kepingan hatiku yang ketiga, aku bangga padamu...”
            Ada apa ini? Sepertinya dia begitu memperhatikanku. Seolah dia selalu ada bersamaku, bahkan dia tahu kalau aku berhasil mengalahkan kemalasanku. Sungguh ini membuatku curiga. Siapakah dia? Apa dia Willy? Tapi tidak  mungkin kalau itu dia. Lalu siapa? Ah, aku harus tahu siapa dia.
            Hari demi hari selalu begitu setiap sore. Kupu-kupu keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya yang membuatku merasa kagum, apa si pemuda tak takut kehabisan kata-kata? Tapi, apa urusanku? Yang jelas ini membuatku jatuh cinta padanya tanpa tahu sosoknya, siapa dia, dimana ia berada sekarang, bagaimana pribadinya, dan segalanya tentang dia. Aku mulai sering melamun di kantin. teman-temanku menggoda setiap kali memergokiku melamun sendirian di kantin. Aku yang tersadar langsung ambil langkah seribu, berusaha menutupi wajahku yang kemerahan karena menahan malu. Tapi itu bukan masalah, aku bahagia. Apalagi besok adalah hari Valentine, hari yang paling kutunggu karena pada hari itulah secret admirer  ku akan menunjukkan jati dirinya.
            Kebahagiaanku semakin terasa hari demi hari hingga suatu saat sepulang sekolah, aku melewati kelas yang selalu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler Origami. Mereka sedang mempersiapkan perayaan Valentine di sekolah kami, besok. Dari pintu yang terbuka lebar aku memandang sekeliling kelas. Kelas itu dipenuhi dengan hiasan kupu-kupu kertas warna-warni yang persis seperti yang ada di meja belajarku setiap sore. Aku jadi yakin kalau pemuda itu pasti ada disini. Aku lantas melayangkan padanganku kepada sekelompok siswa dan pembimbingnya yang sedang melipat kertas bersama.
            “ Ya, Tuhan. Itu Radit! Apa selama ini dia yang mengirimiku kupu-kupu itu? Lalu kenapa harus dia? Apa maksudnya? Tuhan, apa benar aku telah jatuh hati padanya? “
            Kami saling beradu pandang. Radit tersenyum padaku. Aku benar-benar pertama kalinya menyaksikan sosok yang begitu rupawan sedang memandang ke arahku. Tapi, aku benci dan tetap benci. Aku berlari dan segera pulang lalu bergegas menuju kamarku untuk melihat kupu-kupu kertas terakhir. Dari depan pintu aku melihat seekor kupu-kupu, tapi bukan lagi hanya sebuah kertas. Seekor kupu-kupu dari bulu angsa dirangkai dengan seutas kawat lunak, dan dipersembahkan padaku dalam wujud cincin mungil yang begitu indah. Kali ini tak ada lagi untaian kata dibalik sayapnya. Sepucuk surat warna biru langit tertindih  lembut dibawahnya...
            “ Ini adalah kepingan hatiku yang ke – 100. Kepingan hatiku yang terakhir. Aku ingin kamu menjadikannya satu di dalam hatimu. Jika kamu percaya bahwa aku mengagumimu sejak awal kita bertemu, aku begitu yakin kalau kamu adalah yang terbaik untukku. Maafkan aku karena sempat melukaimu, tapi itu hanyalah kekeliruanku. Aku tahu, kamu tak setega itu untuk mengerjaiku. Aku sudah mengetahui siapa orangnya dan dia adalah Rhea, sahabatmu yang sejak awal tak suka kalau kita berdamai karena dia menyukaiku. Terimakasih telah mengajariku untuk menghargai orang lain dan menjadi pribadi yang rendah hati. Bolehkah aku meminta kepingan hatimu untukku. Jika kamu tak mengijinkannya, biarlah hatiku tetap tinggal untukmu... Radit...“
            Aku terharu, tersayat, dan terhanyut sekaligus. Aku memang membenci perkataannya, tapi bukan dirinya. Aku harus mengakui kalau akupun menyukainya. Setelah merenung semalaman, akhirnya aku meletakkan kupu-kupu yang ke-100 di tengah-tengah kerumunan kupu-kupu kertas yang selama ini kurangkai indah dalam keranjang hati itu. Esok harinya di kelas, tepat di hari Valentine, sebelum semua orang melihat, aku letakkan keranjang itu diatas meja Radit. Radit tiba dan tersenyum dengan apa yang dilihatnya, lalu ia membaca kartu ucapan yang aku selipkan di sana...
            “ Aku bahagia. Ketulusanmu lebih besar dari kelirumu. Terimakasih untuk sembilan puluh sembilan kepingan hatimu. Ini aku kembalikan hatimu yang telah kuuntai dalam keutuhan hatiku. Maafkan juga aku karena terlalu membencimu hingga aku benar-benar mencintaimu. Aku ambil satu keping hatimu untuk kujadikan penjaga hatiku. Happy Valentine, Rossa...”
            Dia memalingkan wajah untuk memandangku sambil tersenyum tulus dan aku membalas senyumannya sambil melambaikan jemariku untuknya dengan seekor kupu-kupu  warna-warni bertengger manja di jari manisku...