Selasa, 21 Juni 2011

Peran Tuhan dalam kehidupanku... Pembentukan yang mengindahkan...

Aku tak pernah menyangka sebelumnya bahwa hidup akan berjalan seperti ini.
Aku bukanlah pribadi sempurna yang pantas untuk diagungkan.
Aku berdiri di satu sisi hidupku dan memandang ke sisi yang lainnya untuk merencanakan hal-hal indah yang kupikir baik untuk masa depanku.
Ketika pada akhirnya memang yang terbaiklah yang terjadi, tapi bukan rancanganku melainkan rancanganNya.
Banyak hal dan kejadian membentukku dengan keras.
Mengapa harus dibentuk dengan keras?
Ya. karena aku ini pribadi yang keras pula.
Aku jarang mengakui kelebihanku, tak tahu kenapa.
Tapi aku senang berada diantara mereka yang layak untuk dipuji.


Terkadang aku juga merasa heran dengan keadaan dunia dan lingkungan sekitarku.
Dalam pandangan dan prinsip beberapa orang, mereka merasa bangga dan bahagia apabila berada ditengah keramaian, ditengah orang-orang populer, disisi mereka yang tenar dan stylish.
Tapi mereka tidak menyadari apa makna sebenarnya dari kebahagiaan dan kebanggaan itu.
Orang-orang seperti itu hanya ingin dianggap "sama" seperti "mereka", tak peduli dengan betapa anehnya mereka karena itu.


Bagiku, kebanggaan adalah saat orang-orang merasa bahagia dengan keberadaanku disisi mereka.
Bahkan jika tak satupun mengharapkan keberadaanku, itu artinya aku harus mengoreksi diri dan mencari tahu dimana kekuranganku.
Sebenarnya kebahagiaan sejati ada di dalam diri kita.
Ketika kita merasakan kebahagiaan dari "dalam", maka akan terpancar sinar kebahagiaan itu di "luar".
Jadi, jangan pernah cari kebahagiaan diluar dirimu, BAHAGIAKANLAH LEBIH DAHULU JIWAMU, LANTAS BERBAHAGIALAH DENGAN SESAMAMU.


Aku menjalani kehidupanku penuh dengan suka dan duka.
Masa kecil hingga remajaku penuh dengan canda tawa, hampir tak ada air mata.
Aku dikelilingi oleh teman-teman dan sahabat yang kutahu mengasihiku sepenuh hati.
Meskipun sekarang kami terpisah-pisah dengan kehidupan masing-masing tapi tetap satu hati.


Saat ini aku telah bertumbuh menjadi seorang gadis berusia 19 tahun.
Aku tak paham bagaimana aku menggambarkan keadaanku sekarang.
Aku ini seorang wanita atau masih seorang gadis cilik.
Yah... Sebenarnya kedewasaan tak terukur lewat angka usia, tapi bagaimana cara kita berpikir, merenungkan, dan menyelesaikan masalah yang menghadang dalam kehidupan kita.
Aku pikir hingga detik ini pun aku masih belajar menjadi dewasa.


Aku mulai mengalami yang namanya fall in love, first love, second love, hingga pencarian akan TRUE LOVE.
Hahaha... Lucu juga kedengarannya.
Tapi, memang itulah fase kehidupan manusia.
Terkadang aku berpikir, " Pernahkah seorang pria menangisi cintanya seperti seorang gadis menangis karena mengira ia SALAH mencinta?"
Ataukah, " Apa memang benar ada CINTA SEJATI?"
Ah, aneh juga rasanya menanyakan itu.
Tapi, sejujurnya itulah realita yang terjadi.
Aku pikir akupun pernah melakukannya.
Aku pernah menangisi cinta, mereka-reka masa depan cinta, mengukir cinta, juga menghancurkannya sendiri.
Itulah fase cinta dalam beberapa masa kehidupanku.
Lumayan membosankan dan hampir berhasil membuatku jenuh.


Aku juga bertemu beberapa teman di awal masa kuliahku.
Mereka yang salah kuduga.
Salah kuduga sebagai "sahabat".
Entah mengapa, setiap fase kehidupanku, aku harus mengalami pengkhianatan berkali-kali oleh mereka yang kuyakini sebagai yang "terkasih" dan "terpercaya".
Jujur saja, aku ini tergolong sebagai manusia yang jika sudah mengasihi teman-teman, apalagi sahabatku, maka aku akan percaya penuh pada "orang-orang" itu.
Aku takkan percaya pada apapun perkataan orang yang "iri" pada teman-temanku dan ingin mengahncurkan persahabatanku.
Tanpa dihasut pun aku akan mengambil tindakan jika apa yang dikatakan orang-orang itu memang aku buktikan sendiri.
" Mata dan telingaku akan kututup rapat demi teman dan sahabatku. Sebab aku menyayangi mereka..."
Jadi, sampai kapanpun kumohon. Jika kau menganggapku sebagai sahabat, apapun yang dikatakan orang-orang dibelakangku, tanyakanlah hal itu langsung di hadapanku.
Aku tak suka diperbincangkan dibelakang(meski memang itulah sifat khas manusia).
Tapi percayalah, pribadi yang BAIK adalah Pribadi yang Siap di-Kritik secara langsung...
Satu hal yang PASTI yang bisa aku jamin bagi kalian teman dan sahabatku, " Sampai bumi runtuh sekalipun, aku takkan pernah melepaskan tanganmu dari genggaman tanganku..."
Itulah JANJI persahabatan. Kau bisa memegang itu dan membuktikannya bersamaku(itupun jika kau bersedia).


Aku menyukai pribadi yang bijaksana, cerdas, sederhana, berwibawa, kharismatik, lembut, sopan, tegas, humoris, rapi, dan yang terutama adalah CINTA akan Tuhan.
Sederhana, bukan???
Tak ada manusia yang sempurna, maka jangan pernah mengharapkan yang "sempurna" menurut takaran manusia.
Segalanya akan jadi "sempurna" hanya jika DIA yang menjadikannya sempurna, teman.


Aku sudah menjalani 2 Semester di kampusku.
Banyak hal dan berbagai macam pribadi kujumpai di kampusku.
Aku tertawa, terharu,. menangis, bercanda, curiga, marah, dan jatuh cinta di tempat pilihan Tuhan ini.
Banyak hal yang dijadikanNya "alat" untuk mendewasakanku, baik dalam hal Iman dan Pengharapan, serta Pembentukan Pribadiku.
Di masa awalku, aku adalah sosok "menyebalkan" yang sedikit "arogan" dan "keras".
Aku membelenggu diriku sendiri dalam terali kesombongan, penuh curiga, tak peduli dengan "sebabnya" tapi "hasilnya".
Aku sempat bermasalah dengan beberapa orang di kampusku akibat pribadiku yang seperti itu.
Ya. Tidak sepenuhnya juga karena itu, tapi itu karena aku belum seperti yang sekarang ini.
Pada akhirnya pola pikirku jauh berubah.
Bahwa "sesuatu" pasti ada "sebab"nya.
Akupun sadar bahwa karakter atau tingkah laku setiap orang terbentuk oleh lingkungan dan masa lalunya.
Sekarang aku mengerti mengapa orang-orang yang bermasalh denganku itu menjadi seperti itu... ADA SEBABNYA...
Mungkin masa lalu mereka, kisah sedih dalam kehidupan, atau apapun itu, yang pasti adalah Aku Bersyukur bisa Belajar dari Pengalaman.
Aku sempat berusaha menyadarkan "mereka" yang kuanggap sahabat itu atas kesalahan pemikiran yang sama-sama kami lakukan selama ini, tapi mereka menyebutku sebagai si "pemikir" yang "aneh" dan "gila".
Aku takkan menyalahkan "mereka" yang ada dikiri dan kananku saat itu... saat aku menjadi si "menyebalkan".
Karena aku sendiri telah merasakan bagaimana "mereka" terlalu banyak mengubahku dari pribadi yang dahulunya menyenangkan(seperti kata para sahabatku sejak kecil), menjadi seperti beberapa bulan yang lalu.
Aku mengalami apa yang namanya "sidang" darurat, jebakan, dan penusukan dari belakang yang sungguh melukai dan menyiksaku.
Oh, Tuhan... Andai mereka bersedia tinggal disisiku sejenak saja, hanya untuk beroleh "penyadaran" sepertiku juga...
Pada awalnya sungguh aku merasa aku memang banyak melakukan kehinaan seperti kata "mereka".
Namun, aku yakin Tuhan tahu yang sebenarnya.
Tuhanku itu tak pernah diam.
DIA PASTI membelaku dan menunjukkan kebenaran itu dihadapan semua orang, terutama "mereka".
Berapa banyak orang yang tertawa karena "kami" berantakan.
Berapa banyak orang yang menikmati keadaan saat itu.
Ya, mereka berhasil. Tapi hanya sejenak, karena pembelaanku datang begitu cepatnya dari DIA... (:


Aku tak perlu berlari kesana-kemari, mengiba sana-sini, atau menjerit sekuat tenaga membela diri.
Kenyataan adalah kenyataan, dan bukti adalah bukti.
Tak ada yang bisa menyembunyikan kebenaran. (:


Cukup lama aku terpuruk karena "dikhianati" oleh mereka yang dulunya kuanggap sebagai saudari(lebih dari sahabat).
Aku terduduk lesu disudut kamarku dan bertanya," Tuhan, apa salahku? Sehina itukah?"
Tapi aku mendengar jawaban itu indah... indah sekali..."BESI MENAJAMKAN BESI, ORANG MENAJAMKAN SESAMANYA(Proverbs 27:17)"
"Dia yang membuatmu marah, telah berhasil memulai retakan di hatimu, untuk memulai proses membelahmu menjadi berkeping-keping, jika engkau meliarkan kemarahan di hatimu.
...
Kebaikanmu sepenuhnya ada dalam kewenanganmu untuk hanya merasakan yang menguatkanmu, memikirkan jalan naikmu, dan melakukan yang menjadikanmu terlalu besar untuk mereka rendahkan.
Sesungguhnya kekuatanmu ada di dalam kedamaianmu."
Itulah pembentukan yang indah., aku belajar untuk menjadi pribadi yang waspada dan siaga.
Aku belajar mengenal berbagai pribadi.
Sehingga dengan itulah karakterku terbentuk indah.


Akhirnya aku paham apa maksud Tuhan dalam hidupku.
Akupun mengerti dimana aku seharusnya berada(pada akhirnya).
Dengan siapa aku bisa berbagi, bersama siapa ketulusanku berarti, kemana aku harus mencurahkan isi hati dan jiwaku, dan banyak pelajaran lainnya yang aku yakini sebagai cara Tuhan mengajarku... Keras, tapi penuh Kasih...
Saat ini aku punya seorang kakak rohani, namanya Yenni Melissa Surbakti "Kakak Juara 1 Seluruh dunia" ...
Aku punya saudari-saudari yang terbentuk lengkap dengan karakternya masing-masing...
Resky Ananias Nadeak "gadis lugu yang pemalu tapi cerdas"
Devina Angraeni Simangunsong "sosok keibuan yang penuh kasih dan ketulusan"
Dessy Saida Simbolon "Cantik, Lucu, Pintar, dan Lembut"
Mereka semua seperti bagian puzzle yang melengkapiku menjadi Sempurna seperti apa yang DIA mau...
Oh, terima kasih Tuhan...


Saat ini aku mendoakan seseorang yang begitu berarti dalam hidupku dan hatiku.
Aku mengasihinya dengan tulus tanpa memaksa.

"Tidak seperti menggenggam pasir yang semakin digenggam semakin hilang...",  kata sahabatku AnN
Aku pernah membaca sebuah kata-kata penguatan yang berbunyi, Karna kasih yang tulus TANPA memaksa takkan pernah menyakiti siapapun..
Cinta yang diawali persahabatan takkan pernah menyakiti satu sama lain... Cinta yang hampir sempurna(karna cinta yang sempurna hanyalah milik Tuhan).


Aku masih saja mendoakannya dengan sungguh dan ikhlas, meskipun aku harus merelakan dia agar dia lebih dahulu membuktikan dan menerima jawaban dariNya atas doa-doanya selama ini yang selalu ia ceritakan padaku dan berkali-kali membuatnya merasa gelisah dan rapuh.
Selalu saja ada godaan Iblis untuk membuatku menghancurkan harapannya atas seseorang yang dikasihinya itu.
Tapi bagiku, tak masalah jika dia harus bersama yang lain beberapa saat hanya untuk menyadari apa maksud Tuhan di dalam hidupnya.
Sejujurnya, aku menemukan semua jawaban atas doaku selama ini didalam dirinya... SEMUANYA...!
Sungguh terkadang aku ingin sekali membantahnya satu per satu... Tapi, kenyataan tak bisa diingkari.
Aku hanya merasa takut...
Takut, apabila...
Aku pada akhirnya HARUS meninggalkan dunia ini
tanpa memberitahu dia bahwa aku mengasihinya.
...
dan membiarkannya menghabiskan sisa hidup,
tanpa mengetahui apakah aku pernah mengasihi dia.
Bahwa aku mengasihinya dan bahwa kehidupan tak akan seindah ini tanpanya.

Ya. Itu saja hal terakhir yang ingin aku lakukan.
Hal utama dan terutama dalam kehidupanku hanyalah MEMBAHAGIAKAN dan MEMBANGGAKAN kedua orangtuaku.
Tak apa jika aku harus kehilangan segalanya hanya untuk mengukir senyum dibibir mereka berdua.
Sekalipun aku harus kehilangan dia yang aku kasihi lalu ditukar dengan senyuman abadi orangtuaku, aku rela.... sungguh rela...
Tapi aku tahu, Tuhan-lah yang lebih tahu...
Karna itu, aku hanya menggantungkan pergumulan dan harapan, serta doa-doaku hanya padaNya, karena hingga detik ini tak sekalipun DIA mengecewakanku.


Aku cukup optimis dengan hasil studi semester ini. Banyak perubahan yang terjadi sebelumnya.
Aku bukan lagi Jeje yang emosional, malas dan introvert, eksklusif dan skeptis, keras dan arogan.
Tapi aku yang sekarang adalah aku yang penuh semangat untuk mempertahankan senyum kedua orangtuaku, sahabat-sahabatku, dan keluargaku, terutama Tuhan.


Inilah akhirnya dari pengelanaanku di awal masa perkuliahan.
Tahun ini juga aku menjadi seorang "senior" dengan lebih dari 300 orang "junior".
Aku hanya ingin menjadi senior yang tauladan dan disayangi, tapi tetap dihormati, bukannya DITAKUTI.
Ini jugalah yang aku ingin menjadi prinsip bagi senior-senior yang lainnya...
Siapapun yang membacanya, kuharapkan ini bermanfaat dan berkesan...


Selamat datang Semester baru, Selamat datang Pribadi yang beru, Selamat datang Junior-juniorku...
Selamat datang dalam kehidupanku yang baru, ya Tuhan... ya Bapaku yang hidup, dulu, dekarang, dan sampai selamanya bersama PutraMu yang Kudus... Yesus Kristus ku... Selamat Malam Dunia... Tuhan memberkati... (:




(Mario Teguh)
Cinta melukai hanya dia
yang cenderung memiliki daripada memberi.


Cinta adalah kekuatan
yang mengindahkan hati dan kehidupan
...jika tujuan utamanya adalah memberi.

Dan dia yang cintanya
menumbuhkan jiwa yang dicintainya,
akan terlindungi dari luka cinta.

Tapi dia yang mencintai
untuk tujuan menguasai,
akan pedih terluka
karena cinta menolak digunakan
untuk memanjakan penguasaan
atas kebebasan jiwa lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar